disapedia.com Di tengah hiruk-pikuk kota modern yang kian padat, skuter listrik muncul sebagai solusi transportasi yang tampak ideal. Ringan, praktis, dan ramah lingkungan, kendaraan ini menjadi ikon baru dalam mobilitas perkotaan. Namun demikian, di balik popularitasnya yang melonjak, muncul pertanyaan krusial: apakah skuter listrik benar-benar menawarkan solusi jangka panjang untuk tantangan transportasi, atau hanya sekadar tren yang akan memudar seiring waktu?
Dari Pinggiran ke Pusat: Perjalanan Skuter Listrik
Awalnya, skuter listrik hanya dikenal sebagai mainan teknologi mahal yang dimiliki segelintir orang. Tetapi kini, dengan hadirnya layanan sharing seperti GrabWheels, Lime, dan Bird, kendaraan ini menjamur di trotoar dan jalanan kota besar. Transformasi ini terjadi begitu cepat karena kombinasi antara teknologi, kebutuhan efisiensi waktu, serta kesadaran lingkungan yang terus meningkat.
Lebih dari sekadar kendaraan, skuter listrik merepresentasikan cara baru dalam berpindah tempat: cepat, fleksibel, dan minim jejak karbon.
Keuntungan Skuter Listrik yang Tak Terbantahkan
Pertama-tama, skuter listrik memberikan solusi nyata terhadap kemacetan. Di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, hingga Yogyakarta, jarak tempuh pendek sering kali menjadi kendala karena padatnya lalu lintas. Skuter listrik hadir sebagai alternatif yang mampu memangkas waktu secara signifikan.
Kedua, biaya operasionalnya relatif murah. Selain tidak menggunakan bahan bakar fosil, skuter listrik juga nyaris bebas perawatan berat. Ini menjadi nilai tambah bagi kaum urban yang menghitung waktu dan uang dengan sangat cermat.
Ketiga, manfaat lingkungan. Mengingat semakin tingginya tingkat polusi udara di kota-kota besar, skuter listrik memberi harapan untuk masa depan yang lebih bersih. Walaupun penggunaan baterai tetap menimbulkan jejak karbon, tetapi emisinya jauh lebih rendah dibanding kendaraan bermotor konvensional.
Namun, Tidak Tanpa Masalah
Meski begitu, tren skuter listrik tidak datang tanpa tantangan. Salah satu isu utama adalah infrastruktur. Banyak kota belum memiliki jalur khusus yang aman bagi pengguna skuter listrik. Akibatnya, konflik dengan pejalan kaki atau kendaraan lain tak terhindarkan. Bahkan, di beberapa negara, skuter listrik telah menyebabkan lonjakan kecelakaan lalu lintas ringan hingga berat.
Selanjutnya, regulasi juga masih abu-abu. Belum semua pemerintah daerah memiliki kebijakan jelas tentang bagaimana skuter listrik seharusnya diintegrasikan ke sistem transportasi. Hal ini membuat pertumbuhan penggunaannya kadang lebih cepat dari kesiapan kota itu sendiri.
Tidak hanya itu, masalah vandalism dan parkir sembarangan pun mengemuka. Banyak pengguna yang meninggalkan skuter begitu saja di trotoar, merusak keteraturan ruang publik.
Apakah Ini Hanya Tren?
Banyak pihak menyebut fenomena skuter listrik sebagai tren gaya hidup milenial dan Gen Z. Ini tak sepenuhnya salah. Di media sosial, skuter listrik kerap tampil sebagai bagian dari citra urban yang “cepat, hijau, dan kekinian.” Namun, jika hanya bergantung pada popularitas tanpa solusi sistemik, tren ini berisiko menjadi gelembung sesaat yang menguap tanpa jejak.
Namun demikian, dengan pendekatan yang tepat—baik dari pemerintah, perusahaan penyedia, maupun masyarakat—skuter listrik berpotensi besar menjadi bagian dari sistem transportasi berkelanjutan.
Menuju Ekosistem Transportasi Terintegrasi
Untuk menjawab tantangan ini, penting kiranya membangun sistem transportasi yang tidak bersaing, melainkan saling melengkapi. Skuter listrik seharusnya menjadi bagian dari ekosistem transportasi terintegrasi, bukan sebagai pengganti mutlak mobil atau transportasi umum.
Sebagai contoh, skuter listrik bisa sangat ideal untuk perjalanan dari rumah ke stasiun (first mile) dan dari stasiun ke kantor (last mile). Dengan demikian, penggunaannya justru mendukung penggunaan transportasi massal, bukan sebaliknya.
Lebih jauh lagi, jika pemerintah mau berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur—seperti jalur khusus, tempat parkir resmi, dan titik pengisian ulang baterai—maka potensi skuter listrik akan berkembang secara signifikan.
Masa Depan yang Mungkin: Bukan Sekadar Angan
Tentu, banyak yang bertanya: apakah skuter listrik hanya akan menjadi bagian dari “demam urban” seperti sepeda fixie atau hoverboard? Jawabannya terletak pada bagaimana kita sebagai masyarakat meresponsnya. Jika kita hanya memakainya karena tren, maka usianya mungkin tidak panjang. Namun jika skuter listrik kita lihat sebagai bagian dari perubahan gaya hidup yang lebih sadar lingkungan, hemat energi, dan efisien, maka potensinya sangat besar.
Beberapa kota seperti Paris, Singapura, dan Seoul bahkan sudah memasukkan skuter listrik dalam perencanaan jangka panjang mereka. Mereka sadar bahwa masa depan kota bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang keberlanjutan dan keterjangkauan mobilitas.
Penutup: Saatnya Memilih Arah
Skuter listrik bisa menjadi solusi mobilitas kota modern—jika kita mengarahkannya dengan tepat. Ia tidak hanya sekadar gaya hidup, tapi juga refleksi dari kebutuhan urban yang lebih mendalam: efisiensi, kebersihan, dan kenyamanan. Namun demikian, agar manfaatnya benar-benar terasa, dibutuhkan keseriusan dari semua pihak: regulasi yang jelas, infrastruktur yang memadai, serta edukasi masyarakat tentang cara penggunaan yang bertanggung jawab.
Di antara riuh kendaraan bermotor dan asap knalpot, skuter listrik muncul seperti angin segar. Pertanyaannya kini, apakah kita cukup siap mengubah arah dan menempuh jalur yang lebih berkelanjutan?
baca juga : cerita seru