Berani Tidak Sibuk: Ukuran Baru Kesuksesan Hidup

lompatan besar dalam perjalanan menuju hidup yang lebih selaras dengan diri sendiri.
Blompatan besar dalam perjalanan menuju hidup yang lebih selaras dengan diri sendiri.

disapedia.com Di tengah zaman yang serba cepat dan penuh tekanan, ada satu pertanyaan yang semakin relevan: apakah kesibukan benar-benar tanda kesuksesan? Di dunia profesional maupun sosial, kita sering menjadikan jadwal yang padat sebagai simbol keberhasilan. Namun, seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan kualitas hidup, muncul paradigma baru: berani tidak sibuk adalah bentuk keberhasilan yang sebenarnya.

Kesibukan: Simbol Prestise yang Menyesatkan

Pada dekade lalu, menjadi sibuk hampir seperti status sosial. Kalender penuh rapat, notifikasi yang tak berhenti, dan tidur kurang dari 6 jam dianggap sebagai bukti bahwa seseorang “penting.” Namun, sebenarnya kesibukan yang berlebihan justru menyembunyikan hal yang lebih dalam: ketakutan akan ketertinggalan dan krisis identitas.

Bacaan Lainnya

Banyak yang terjebak dalam rutinitas tanpa sempat bertanya: “Apakah semua ini membawa saya pada kehidupan yang saya inginkan?” Di sinilah muncul kebutuhan untuk meninjau ulang konsep sukses.

Dari Efisiensi ke Esensi

Sebagian besar dari kita diajarkan untuk menghargai efisiensi — semakin banyak yang bisa dilakukan dalam waktu singkat, semakin baik. Namun, terlalu fokus pada efisiensi bisa membuat kita lupa akan esensi. Sering kali, yang kita butuhkan bukanlah menyelesaikan lebih banyak hal, melainkan menyisakan ruang untuk memahami mengapa kita melakukan hal tersebut.

Dengan demikian, berani tidak sibuk bukanlah bentuk kemalasan. Sebaliknya, ini adalah keberanian untuk memilih kualitas dibanding kuantitas, dan refleksi dibanding reaksi.

Fenomena ‘JOMO’: Joy of Missing Out

Sebagai respons terhadap FOMO (Fear of Missing Out), kini banyak orang mempraktikkan JOMOJoy of Missing Out. Ini adalah kenikmatan yang ditemukan saat seseorang tidak perlu hadir dalam setiap agenda, tidak harus selalu update, dan tidak merasa bersalah saat menolak ajakan yang tidak sejalan dengan prioritas pribadi.

Lebih jauh, JOMO bukan tentang menarik diri dari dunia, tapi tentang menyeleksi dengan sadar mana yang bermakna dan mana yang hanya distraksi.

Dampak Psikologis dari Tidak Sibuk

Penelitian menunjukkan bahwa memiliki waktu luang berkorelasi langsung dengan penurunan tingkat stres, peningkatan kreativitas, dan hubungan sosial yang lebih sehat. Otak manusia butuh jeda untuk memproses informasi, menghubungkan ide, dan meresapi pengalaman. Dengan tidak terus-menerus disibukkan, kita memberikan ruang bagi pikiran untuk berkembang secara alami.

Lebih dari itu, tidak sibuk membuka ruang untuk presence — hadir sepenuhnya dalam setiap momen. Sebuah percakapan santai di pagi hari atau berjalan kaki tanpa tujuan dapat memberikan ketenangan yang tak tergantikan.

Bagaimana Cara Menjadi “Tidak Sibuk”?

Tentu, tidak semua orang bisa langsung mengurangi aktivitas begitu saja. Namun, ada beberapa langkah konkret untuk mulai mengadopsi gaya hidup ini:

  1. Prioritaskan yang Esensial:
    Gunakan prinsip essentialism — lakukan hanya yang benar-benar penting dan berarti. Sisanya, delegasikan atau tolak.

  2. Jadwalkan Waktu Luang Secara Aktif:
    Sama seperti Anda menjadwalkan rapat, atur juga waktu untuk tidak melakukan apa-apa. Ini bukan waktu yang terbuang, melainkan waktu yang mengisi.

  3. Kurangi Notifikasi:
    Setiap ping dari ponsel adalah gangguan terhadap ketenangan. Batasi aplikasi dan pilih waktu tertentu untuk merespons pesan.

  4. Tolak dengan Santun:
    Mengatakan “tidak” bukan berarti tidak peduli. Justru, itu tanda bahwa Anda menghargai energi dan waktu sebagai aset berharga.

  5. Refleksi Harian:
    Sisihkan waktu setiap malam untuk meninjau hari Anda: apakah hari ini membuat Anda semakin dekat dengan kehidupan yang Anda cita-citakan?

Keberhasilan Ulang: Dari Pencapaian ke Kehadiran

Dalam masyarakat modern, keberhasilan tak lagi hanya diukur dari pencapaian eksternal seperti jabatan, rumah besar, atau saldo rekening. Kini, semakin banyak orang yang mengukur keberhasilan dari seberapa hadir mereka dalam hidup, seberapa tenang hati mereka, dan seberapa banyak ruang yang mereka miliki untuk menjadi diri sendiri.

Dalam konteks ini, berani tidak sibuk menjadi simbol kekuatan baru — kekuatan untuk memilih jalur yang lebih seimbang, lebih berkesadaran, dan lebih manusiawi.

Inspirasi dari Berbagai Budaya

Bukan hal baru sebenarnya. Dalam budaya Jepang, ada konsep “Yutori” — ruang atau kelonggaran dalam hidup. Sementara di Italia, orang mempraktikkan “Dolce Far Niente” atau seni menikmati waktu luang tanpa rasa bersalah. Di Indonesia sendiri, filosofi hidup orang Jawa yang alon-alon asal kelakon sudah lama mengajarkan nilai ketenangan dalam keberlangsungan.

Mungkin kini saatnya kita menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut, dengan konteks yang relevan dalam dunia modern.

Penutup: Mengapa Justru Harus Berani?

Mengambil langkah mundur dari kesibukan mungkin terlihat seperti kemunduran dalam pandangan umum. Namun, sejatinya, ini adalah lompatan besar dalam perjalanan menuju hidup yang lebih selaras dengan diri sendiri.

Di saat dunia berlomba semakin cepat, mungkin keberanian terbesar adalah memilih melambat. Karena, dalam keheningan dan ruang yang tercipta dari ketidaksibukan itulah, kita akhirnya bisa benar-benar mendengar diri sendiri.

baca juga : kabar terkini

Pos terkait