China Kenakan Tarif Balasan 84% untuk Produk AS, Perang Dagang Memanas di 2025

China Kenakan Tarif Balasan
China Kenakan Tarif Balasan
banner 468x60

Berita Viral | Berita Terpercaya | Berita Terkini | Info Berita Hari Ini | Berita Terkini

Beijing – Hubungan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia kembali memanas. Pemerintah China resmi memberlakukan tarif balasan sebesar 84% terhadap seluruh produk asal Amerika Serikat pada Rabu, 9 April 2025. Langkah ini merupakan respons langsung terhadap kebijakan terbaru Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya menetapkan tarif tinggi sebesar 104% terhadap semua barang impor dari China.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Kementerian Perdagangan China menyebut keputusan Amerika Serikat sebagai tindakan sepihak yang tidak adil dan merugikan tatanan perdagangan global. Dalam pernyataan resminya, Beijing mengecam keras kebijakan Washington yang dinilai sebagai bentuk pemerasan politik dan ekonomi.

“Ancaman dari pihak AS untuk terus meningkatkan tarif terhadap China adalah kesalahan berulang yang hanya menunjukkan sifat pemerasan mereka,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China.

Tidak hanya itu, pernyataan tersebut juga menyiratkan bahwa China tidak akan tinggal diam menghadapi tekanan dari pihak Amerika. Beijing menegaskan siap mengambil langkah tegas demi melindungi kepentingan nasionalnya.

“Jika yang diinginkan adalah perang — baik itu perang tarif, perang dagang, atau bentuk perang lainnya — maka kami siap berperang hingga akhir,” tambahnya.

Langkah saling balas tarif ini tentu tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral antara AS dan China. Setidaknya 90 negara lain ikut terkena imbas kebijakan baru Amerika, termasuk Indonesia. Negeri ini kini harus menghadapi tarif impor sebesar 32% untuk sejumlah komoditas ekspor unggulannya ke Amerika Serikat.

Dampak Terhadap Perdagangan Global

Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku usaha internasional. Kenaikan tarif secara drastis dikhawatirkan akan mengganggu rantai pasok global, memperlambat pertumbuhan ekonomi, serta memicu ketidakpastian di pasar internasional.

Banyak analis memperkirakan bahwa langkah yang diambil oleh China dapat menjadi pemicu eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Ketegangan ini dimulai sejak masa jabatan pertama Presiden Trump dan terus berlanjut meskipun sempat mereda dalam beberapa tahun terakhir.

Posisi Indonesia dan Negara Berkembang

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, situasi ini menjadi tantangan tersendiri. Selain harus mencari pasar alternatif untuk menghindari dampak negatif dari kenaikan tarif, Indonesia juga dihadapkan pada tekanan untuk menyeimbangkan hubungan diplomatik dan perdagangan antara dua kekuatan besar tersebut.

Pemerintah Indonesia sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait kebijakan tarif terbaru dari Amerika Serikat maupun respons China. Namun, sejumlah pengamat menyarankan agar Indonesia segera melakukan diversifikasi pasar ekspor dan memperkuat kerja sama regional sebagai langkah antisipatif.

Kesimpulan

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru dengan saling lempar tarif yang sangat tinggi. Kebijakan ini tidak hanya memperburuk hubungan kedua negara, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi global. Dalam situasi yang semakin tidak menentu ini, kolaborasi internasional dan diplomasi ekonomi yang cermat menjadi kunci untuk meredam dampak yang lebih luas.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *