disapedia.com “Masuk angin? Kerokin aja!” — kalimat ini pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Seolah-olah, kerokan menjadi solusi utama untuk mengatasi rasa tidak enak badan, meriang, atau pegal-pegal. Namun, muncul pertanyaan menarik: apakah kerokan benar-benar menyembuhkan masuk angin, atau hanya mitos yang dipercaya turun-temurun tanpa dasar ilmiah?
Untuk memahami hal ini, mari kita bahas secara mendalam, dari sisi budaya, medis, hingga manfaat fisiologisnya.
1. Asal-usul Istilah “Masuk Angin”
Pertama-tama, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan masuk angin. Secara medis, istilah ini sebenarnya tidak dikenal dalam dunia kedokteran modern. Namun, dalam budaya Indonesia, “masuk angin” menggambarkan kumpulan gejala seperti:
-
badan terasa lemas,
-
perut kembung,
-
meriang,
-
pusing,
-
dan kadang disertai mual atau demam ringan.
Biasanya, kondisi ini muncul karena perubahan cuaca, kelelahan, atau gangguan pencernaan. Masyarakat kemudian mengaitkannya dengan “angin yang masuk ke tubuh,” sehingga cara paling logis menurut tradisi adalah “mengeluarkan angin itu” lewat kerokan.
2. Kerokan: Tradisi dan Filosofi di Balik Garis Merah
Kerokan adalah terapi tradisional Indonesia yang dilakukan dengan menggosok bagian punggung menggunakan koin, minyak, atau balsam hingga muncul garis merah kehitaman. Banyak orang percaya bahwa setelah kerokan, tubuh terasa lebih ringan dan hangat.
Secara budaya, kerokan telah diwariskan turun-temurun dan menjadi simbol kasih sayang — terutama dalam keluarga. Seseorang yang dikerok biasanya dirawat oleh orang terdekatnya, entah itu ibu, pasangan, atau teman. Maka, kerokan bukan hanya terapi fisik, tetapi juga memiliki efek psikologis berupa rasa nyaman dan perhatian.
Namun, di balik kehangatan itu, kita perlu bertanya: apakah manfaat kerokan benar-benar ilmiah, atau sekadar sugesti?
3. Pandangan Medis tentang “Masuk Angin” dan Kerokan
Dalam dunia kedokteran, tidak ada istilah “masuk angin” secara spesifik. Gejala yang disebut masuk angin sebenarnya merupakan tanda-tanda flu ringan, gangguan pencernaan, atau kelelahan otot.
Sementara itu, kerokan dalam ilmu medis dikenal dengan istilah gua sha — praktik tradisional asal Tiongkok yang serupa dengan metode Indonesia. Menurut penelitian, kerokan dapat:
-
melancarkan aliran darah lokal,
-
mengurangi ketegangan otot,
-
meningkatkan sistem imun,
-
dan menstimulasi respon anti-inflamasi tubuh.
Artinya, kerokan memang memiliki efek fisiologis nyata, bukan sekadar mitos belaka. Namun, efek tersebut tidak secara langsung “mengeluarkan angin” dari tubuh, melainkan membantu tubuh merespons stres dan meningkatkan sirkulasi darah.
4. Bagaimana Kerokan Bekerja di Tubuh
Saat kulit digosok hingga kemerahan, pembuluh darah kapiler di bawah kulit akan melebar (vasodilatasi). Proses ini menyebabkan aliran darah meningkat, membawa lebih banyak oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh.
Selain itu, kerokan merangsang reseptor saraf sensorik yang membuat tubuh melepaskan hormon endorfin — yaitu zat alami yang memberikan rasa nyaman dan mengurangi nyeri. Itulah mengapa setelah dikerok, seseorang merasa lega, ringan, dan hangat.
Namun, penting untuk dipahami bahwa efek ini tidak berarti “angin keluar dari tubuh.” Istilah itu hanya kiasan budaya yang menggambarkan perasaan lega setelah tubuh beristirahat dan aliran darah membaik.
5. Kapan Kerokan Dapat Membantu dan Kapan Tidak
Kerokan bisa menjadi terapi pelengkap yang aman, selama dilakukan dengan benar. Namun, tidak semua kondisi cocok untuk diterapi dengan cara ini.
Kerokan bisa membantu ketika:
-
tubuh merasa pegal,
-
kelelahan setelah bekerja,
-
gejala flu ringan,
-
atau stres emosional ringan.
Sebaliknya, hindari kerokan jika:
-
sedang mengalami demam tinggi,
-
ada luka terbuka di kulit,
-
memiliki tekanan darah tinggi tidak terkontrol,
-
atau memiliki gangguan pembekuan darah.
Dalam kondisi seperti itu, kerokan justru dapat memperparah keadaan dan menimbulkan efek samping seperti iritasi kulit, pendarahan mikro, atau infeksi.
6. Mitos dan Fakta Seputar Kerokan
Mari kita bedakan mana yang mitos dan mana yang fakta mengenai kebiasaan kerokan.
| Pernyataan | Mitos atau Fakta | Penjelasan |
|---|---|---|
| Kerokan mengeluarkan angin dari tubuh | ❌ Mitos | Tidak ada “angin” yang benar-benar keluar, efeknya berasal dari peredaran darah. |
| Kerokan bisa menyembuhkan masuk angin | ⚠️ Sebagian fakta | Dapat membantu meringankan gejala, tapi bukan penyembuhan medis. |
| Kerokan meningkatkan daya tahan tubuh | ✅ Fakta | Dapat memicu respon imun tubuh lewat pelepasan hormon endorfin. |
| Kerokan berbahaya untuk kulit | ⚠️ Tergantung | Jika dilakukan terlalu keras, bisa menyebabkan iritasi atau luka. |
Jadi, kerokan bukanlah pengobatan utama, melainkan bentuk terapi tradisional yang memberikan efek relaksasi dan mendukung proses pemulihan alami tubuh.
7. Perspektif Budaya: Antara Kepercayaan dan Ilmu
Meski sains belum sepenuhnya mendukung konsep “angin masuk tubuh,” kerokan tetap memiliki nilai budaya yang kuat di Indonesia. Tradisi ini menggambarkan bagaimana masyarakat menggabungkan logika sederhana dengan pengalaman empiris.
Di sisi lain, keterikatan emosional dalam proses kerokan juga memberikan efek psikologis positif. Saat seseorang merasa diperhatikan, tubuh pun lebih cepat pulih — fenomena yang dikenal sebagai “efek placebo positif.”
Dengan demikian, kerokan bukan sekadar tindakan fisik, melainkan ritual penyembuhan sosial dan emosional yang mencerminkan kekayaan budaya Nusantara.
8. Alternatif Modern untuk Mengatasi “Masuk Angin”
Bagi mereka yang tidak ingin dikerok, ada beberapa alternatif ilmiah yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala masuk angin, antara lain:
-
Minum air hangat secara teratur untuk menjaga hidrasi.
-
Istirahat cukup agar tubuh pulih dari kelelahan.
-
Konsumsi makanan bergizi seperti sup jahe, madu, dan buah-buahan.
-
Lakukan pijatan lembut atau stretching ringan untuk melancarkan sirkulasi darah.
-
Gunakan aromaterapi seperti minyak kayu putih atau eucalyptus untuk efek menenangkan.
Cara-cara ini memiliki efek serupa dengan kerokan, yaitu membantu tubuh relaks dan memperlancar aliran darah tanpa risiko iritasi kulit.
9. Kesimpulan: Mitos atau Fakta?
Jadi, apakah benar masuk angin harus dikerok?
Jawabannya: kerokan bukan sekadar mitos, tetapi juga bukan solusi medis utama.
Kerokan terbukti mampu meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi stres, dan membantu tubuh terasa lebih segar. Namun, istilah “angin keluar” hanyalah ungkapan kiasan budaya. Untuk kondisi medis yang serius, tetap diperlukan pemeriksaan dan perawatan dokter.
Pada akhirnya, kerokan adalah perpaduan antara tradisi, sugesti positif, dan respon biologis tubuh. Selama dilakukan dengan cara yang aman dan tidak berlebihan, kerokan tetap bisa menjadi sahabat alami dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan tubuh.
Baca Juga : Kabar Terbaru











