Terjebak Kursi: Risiko Tersembunyi Duduk Terlalu Lama

dampak duduk terlalu lama
dampak duduk terlalu lama

disapedia.com Di era modern yang sangat bergantung pada layar, kursi telah menjadi “singgasana” yang menahan kita lebih dari delapan jam sehari. Baik di kantor, di rumah, maupun di kendaraan, aktivitas duduk berlangsung terus-menerus. Meskipun terkesan tidak berbahaya, terlalu lama duduk memiliki dampak mikroskopis terhadap tubuh yang sering kali luput dari perhatian. Maka dari itu, memahami risiko ini menjadi penting agar kita bisa menyesuaikan gaya hidup secara lebih sadar.

Duduk: Aktivitas Pasif yang Aktif Menyebabkan Masalah

Awalnya, duduk mungkin tampak sebagai pilihan alami saat kita lelah atau ingin fokus. Namun, seiring berjalannya waktu, duduk berubah menjadi gaya hidup. Bahkan, dalam pekerjaan remote atau hybrid sekalipun, rutinitas ini tidak berkurang. Bahkan lebih parah, karena aktivitas fisik semakin minim.

Bacaan Lainnya

Ketika tubuh berada dalam posisi duduk dalam durasi lama, otot-otot utama seperti paha belakang dan otot perut menjadi pasif. Aliran darah melambat, metabolisme melambat, dan tubuh mulai mengaktifkan sinyal biologis yang sebenarnya menyimpan masalah jangka panjang.

Apa Sebenarnya yang Terjadi pada Tubuh?

Secara mikroskopis, berikut beberapa perubahan yang terjadi ketika seseorang duduk terlalu lama:

  1. Penurunan Enzim Pembakar Lemak
    Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas duduk mengurangi kadar lipoprotein lipase, enzim yang bertanggung jawab dalam pemecahan lemak darah. Akibatnya, risiko kolesterol tinggi dan penyakit jantung meningkat.

  2. Sirkulasi Darah yang Tidak Efisien
    Duduk terlalu lama menyebabkan darah mengumpul di kaki. Ini meningkatkan risiko pembekuan darah, varises, dan bahkan deep vein thrombosis (DVT), terutama bagi mereka yang duduk tanpa jeda.

  3. Disregulasi Gula Darah
    Otot yang tidak aktif selama duduk menyebabkan tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Artinya, gula darah cenderung lebih tinggi dan memicu potensi diabetes tipe 2.

  4. Perubahan pada Postur dan Sistem Kerangka
    Membungkuk di depan layar secara konsisten menyebabkan ketidakseimbangan otot. Punggung bagian atas menjadi kaku, leher tegang, dan panggul condong ke depan—semuanya berkontribusi terhadap nyeri punggung kronis.

  5. Penurunan Kesehatan Mental dan Fokus
    Terus-menerus duduk di ruang tertutup tanpa banyak interaksi atau gerak bisa memicu penurunan suasana hati. Beberapa studi bahkan menunjukkan korelasi antara gaya hidup pasif dengan depresi ringan dan kecemasan.

Tidak Cukup dengan Olahraga Saja

Sering kali kita berpikir, “Saya sudah olahraga 1 jam setiap pagi, jadi duduk seharian tidak masalah.” Sayangnya, tubuh tidak bekerja seperti itu. Aktivitas fisik intens sekali sehari tidak bisa sepenuhnya menetralkan efek negatif dari duduk selama 7–10 jam.

Alih-alih berfokus hanya pada sesi olahraga, penting juga untuk menyisipkan gerakan ringan secara berkala sepanjang hari. Misalnya, berdiri setiap 30 menit, berjalan kaki selama 5 menit, atau melakukan peregangan sederhana.

Solusi Realistis untuk Gaya Hidup Modern

Kabar baiknya, menghindari efek duduk terlalu lama tidak harus rumit. Dengan langkah kecil yang dilakukan secara konsisten, tubuh kita bisa tetap bergerak meskipun pekerjaan menuntut banyak waktu di depan layar. Berikut beberapa strategi praktis yang bisa diterapkan:

  1. Gunakan Meja Berdiri (Standing Desk)
    Menggabungkan sesi berdiri dan duduk bisa mengurangi tekanan pada punggung sekaligus meningkatkan energi. Meja yang bisa diatur ketinggiannya menjadi solusi ideal.

  2. Terapkan Aturan 30-5
    Setiap 30 menit duduk, luangkan waktu 5 menit untuk bergerak. Bisa berupa berjalan ke dispenser, stretching ringan, atau berdiri sambil menelepon.

  3. Aktifkan Notifikasi Gerak
    Aplikasi seperti Stretchly, StandUp!, atau bahkan timer di ponsel bisa membantu mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam duduk terus-menerus.

  4. Atur Meeting Menjadi “Walking Meeting”
    Alih-alih duduk untuk setiap pertemuan, beberapa bisa dilakukan sambil berjalan ringan, terutama bila hanya bersifat diskusi ringan atau one-on-one.

  5. Gunakan Transportasi Aktif
    Jika memungkinkan, tempuh perjalanan ke kantor dengan berjalan kaki, bersepeda, atau naik transportasi umum agar ada sesi gerak tambahan dalam rutinitas.

Membangun Budaya Gerak di Tempat Kerja

Perubahan tidak hanya harus dimulai dari individu, melainkan juga dari lingkungan kerja. Perusahaan bisa mulai memfasilitasi gerakan sehat dengan:

  • Menyediakan area peregangan atau ruang aktivitas ringan.

  • Menambahkan sesi istirahat aktif dalam jadwal kerja.

  • Memberikan akses ke seminar kesehatan atau sesi yoga ringan secara daring.

Kesehatan karyawan tidak hanya tentang absensi, tapi juga tentang kualitas hidup kerja yang berdampak pada produktivitas jangka panjang.

Penutup: Bergerak untuk Hidup Lebih Lama

Pada akhirnya, tubuh manusia memang tidak dirancang untuk duduk sepanjang hari. Kita adalah makhluk bergerak. Maka, penting untuk menyadari bahwa duduk terlalu lama bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi ancaman diam-diam bagi kesehatan.

Melalui penyesuaian kecil seperti lebih sering berdiri, berjalan, atau mengatur ulang ruang kerja agar mendukung mobilitas, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga memperkuat kapasitas mental dan emosi.

Jadi, saat Anda duduk hari ini, tanyakan pada diri sendiri: Sudahkah saya memberi tubuh ini haknya untuk bergerak?

baca juga : berita hari ini

Pos terkait