Mengapa Palestina dan Israel Selalu Konflik?

konflik plaestina dengan israel selalu berkelanjutan
banner 468x60

Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu perseteruan politik, agama, dan wilayah paling kompleks dan panjang dalam sejarah modern. Perselisihan ini tidak hanya melibatkan kedua belah pihak, tetapi juga menarik perhatian global, mempengaruhi geopolitik dunia hingga saat ini. Untuk memahami mengapa konflik ini terus berlanjut, kita perlu melihat akar sejarah, faktor politik, identitas agama, serta intervensi internasional yang memperumit penyelesaiannya.

1. Akar Sejarah: Perebutan Tanah Suci

Konflik Palestina dan Israel berakar jauh ke masa lalu. Tanah Palestina, yang mencakup Yerusalem, dianggap suci oleh tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi. Sejak ribuan tahun lalu, wilayah ini sudah menjadi pusat sengketa berbagai kerajaan dan kekuasaan. Namun, konflik modern mulai memanas pada awal abad ke-20.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Pada akhir abad ke-19, gerakan Zionisme lahir di Eropa, didorong oleh keinginan untuk menciptakan tanah air bagi bangsa Yahudi yang menghadapi diskriminasi di berbagai negara. Palestina, yang saat itu dihuni mayoritas bangsa Arab, dipilih karena alasan historis dan religius.

2. Mandat Inggris dan Deklarasi Balfour

Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman runtuh dan Inggris mendapatkan mandat untuk mengelola Palestina dari Liga Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang mendukung pendirian “tanah air nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina. Ini memicu ketegangan dengan penduduk Arab Palestina yang merasa terancam akan kehilangan tanah mereka.

3. Pembentukan Negara Israel

Setelah Holocaust pada Perang Dunia II, dukungan internasional untuk negara Yahudi meningkat. Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara — satu untuk Yahudi, satu untuk Arab. Namun, rencana ini ditolak oleh negara-negara Arab dan Palestina.

Pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya. Sehari setelah itu, negara-negara Arab tetangga menyerang Israel, memulai Perang Arab-Israel pertama. Israel bertahan dan memperluas wilayahnya, sementara lebih dari 700.000 orang Arab Palestina menjadi pengungsi — peristiwa ini dikenal sebagai Nakba (“bencana”).

4. Perang dan Pendudukan Wilayah

Sejak itu, serangkaian perang dan konflik terus terjadi: Perang 1956, Perang Enam Hari 1967, Perang Yom Kippur 1973, hingga Intifada Palestina (pemberontakan rakyat Palestina) di akhir abad ke-20.

Pada Perang Enam Hari, Israel merebut Tepi Barat, Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai (yang kemudian dikembalikan ke Mesir). Pendudukan Tepi Barat dan Gaza menambah ketegangan, karena rakyat Palestina menganggapnya sebagai wilayah sah mereka untuk negara masa depan.

5. Faktor Agama dan Identitas

Yerusalem menjadi pusat utama perselisihan karena memiliki makna religius mendalam bagi Muslim, Kristen, dan Yahudi. Situs seperti Masjid Al-Aqsa, Tembok Ratapan, dan Gereja Makam Kudus memperkuat klaim masing-masing pihak terhadap kota ini.

Bagi banyak Muslim, Yerusalem adalah tempat suci ketiga setelah Mekah dan Madinah. Bagi orang Yahudi, itu adalah kota kuno pusat sejarah mereka. Oleh karena itu, kompromi tentang status Yerusalem menjadi sangat sulit dicapai.

6. Ketidakadilan Sosial dan Ekonomi

Selama bertahun-tahun, rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza menghadapi blokade, pembangunan pemukiman Yahudi, pembatasan gerak, dan ketidaksetaraan ekonomi. Hal ini memicu rasa frustasi, kemarahan, dan mendorong siklus kekerasan yang terus berulang.

7. Peran Kelompok Militan dan Pemerintahan

Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, dianggap teroris oleh banyak negara Barat dan Israel. Sementara di Tepi Barat, Otoritas Palestina mengupayakan solusi diplomatik. Perbedaan pendekatan ini sendiri sering membuat posisi Palestina terpecah dan mempersulit kesepakatan damai.

Di sisi lain, politik internal Israel sendiri juga dipengaruhi oleh partai-partai berhaluan keras yang menolak kompromi dengan Palestina, memperumit proses perdamaian.

8. Keterlibatan Internasional

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Arab telah mencoba menjadi mediator dalam berbagai perundingan damai, seperti Perjanjian Oslo 1993 dan Inisiatif Perdamaian Arab. Namun, ketidakpercayaan mendalam, perubahan politik, dan ketidaksetaraan kekuatan antara Israel dan Palestina membuat semua upaya perdamaian sejauh ini gagal menciptakan solusi jangka panjang.

9. Propaganda dan Perang Informasi

Konflik ini juga diperparah oleh perang informasi di media sosial dan media massa. Kedua belah pihak berusaha membenarkan tindakan mereka dan membentuk opini publik dunia. Akibatnya, polarisasi pendapat tentang siapa yang benar dan salah semakin tajam, memperpanjang konflik.

10. Masa Depan: Sulit Tapi Tidak Mustahil

Meski tampak suram, banyak pihak tetap berharap akan tercapai perdamaian sejati di masa depan. Solusi dua negara, yang mengakui negara Israel dan negara Palestina berdampingan secara damai, masih menjadi opsi yang didukung banyak komunitas internasional. Namun, jalan menuju solusi tersebut penuh dengan tantangan besar.

Kesimpulan

Konflik antara Palestina dan Israel tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu alasan sederhana. Ini adalah kombinasi sejarah panjang, perebutan tanah, perbedaan identitas, ketidakadilan sosial, politik militan, serta intervensi internasional yang rumit. Memahami akar dan kompleksitas konflik ini adalah langkah pertama menuju membangun dunia yang lebih damai.

baca juga : kisah revolusi prancis pengaruh terhadap perubahan sosial dan politik global

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *