disapedia.com Dalam beberapa dekade terakhir, masalah pencemaran lingkungan menjadi semakin nyata, dan salah satu zat yang menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia adalah merkuri. Logam berat berwarna perak ini memang memiliki berbagai kegunaan, mulai dari termometer, industri pertambangan emas, hingga produk kosmetik ilegal. Akan tetapi, di balik manfaatnya, merkuri menyimpan bahaya besar karena sifatnya yang beracun.
Keracunan merkuri tidak hanya berdampak pada individu yang terpapar langsung, melainkan juga pada lingkungan dan generasi mendatang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana bahaya keracunan merkuri bekerja, apa saja gejalanya, serta langkah penanganan yang tepat.
Apa Itu Merkuri dan Mengapa Berbahaya?
Merkuri adalah logam berat yang bisa berbentuk cair, padat, maupun gas. Zat ini memiliki sifat unik karena dapat menguap pada suhu kamar. Namun, justru sifat tersebut yang membuatnya berbahaya bagi tubuh manusia.
Ada tiga bentuk utama merkuri yang umum ditemui:
-
Merkuri elemental (Hg0): biasanya ditemukan pada termometer atau alat ukur.
-
Merkuri anorganik (Hg2+): sering ada pada bahan kimia tertentu dan produk kosmetik ilegal.
-
Merkuri organik (metilmerkuri): terbentuk melalui proses alam di perairan, kemudian menumpuk dalam tubuh ikan besar seperti tuna atau hiu.
Bahaya merkuri terletak pada sifatnya yang bisa terakumulasi dalam tubuh. Sekali masuk, zat ini sulit dikeluarkan dan dapat menyerang sistem saraf, ginjal, paru-paru, serta organ vital lainnya.
Bagaimana Seseorang Bisa Terpapar Merkuri?
Keracunan merkuri dapat terjadi melalui berbagai jalur, antara lain:
-
Menghirup uap merkuri. Hal ini umum pada pekerja tambang emas tradisional.
-
Mengonsumsi ikan atau makanan laut yang terkontaminasi. Metilmerkuri biasanya ditemukan dalam rantai makanan laut.
-
Menggunakan produk kosmetik ilegal. Beberapa krim pemutih masih mengandung merkuri karena efek cepatnya.
-
Paparan lingkungan. Limbah industri yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah dan air.
Dengan kata lain, risiko paparan bisa datang dari aktivitas sehari-hari, bahkan tanpa kita sadari.
Gejala Keracunan Merkuri
Keracunan merkuri dapat bersifat akut (terjadi dalam waktu singkat dengan dosis tinggi) maupun kronis (paparan kecil tetapi terus-menerus). Gejalanya pun bervariasi, tergantung dosis dan lama paparan.
1. Gejala Akut
-
Mual dan muntah hebat
-
Diare berlebihan
-
Nyeri perut parah
-
Kesulitan bernapas
-
Kerusakan paru-paru
2. Gejala Kronis
-
Gangguan memori dan konsentrasi
-
Tremor atau gemetar pada tangan
-
Perubahan suasana hati, mudah marah atau cemas
-
Gangguan penglihatan dan pendengaran
-
Masalah pada ginjal
Pada anak-anak dan janin, paparan merkuri bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan bicara, hingga cacat lahir. Oleh karena itu, ibu hamil sangat disarankan untuk menghindari makanan laut dengan kadar merkuri tinggi.
Bahaya Keracunan Merkuri bagi Kesehatan
Dampak keracunan merkuri bukan sekadar gangguan sementara. Jika tidak ditangani dengan baik, risiko jangka panjang bisa sangat serius, seperti:
-
Kerusakan sistem saraf pusat. Paparan kronis menyebabkan gangguan neurologis permanen.
-
Gagal ginjal. Merkuri dapat menumpuk di ginjal dan merusak fungsinya.
-
Kerusakan paru-paru. Inhalasi uap merkuri dapat mengiritasi paru hingga menyebabkan edema.
-
Gangguan perkembangan janin. Paparan pada ibu hamil meningkatkan risiko gangguan kognitif anak.
-
Kematian. Pada dosis tinggi, keracunan merkuri dapat berakibat fatal.
Dengan kata lain, merkuri bukan ancaman sepele, melainkan isu kesehatan global yang perlu perhatian serius.
Penanganan Kasus Keracunan Merkuri
Ketika seseorang dicurigai mengalami keracunan merkuri, langkah penanganan cepat sangat penting untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut.
-
Segera menjauhkan sumber paparan. Jika dari uap, segera pindahkan ke ruang terbuka.
-
Periksa medis secepat mungkin. Dokter dapat melakukan tes darah atau urine untuk mendeteksi kadar merkuri.
-
Terapi kelasi. Obat khusus seperti dimercaprol atau DMSA dapat mengikat merkuri agar bisa dikeluarkan dari tubuh.
-
Perawatan suportif. Jika terjadi kerusakan organ, pasien akan mendapat terapi sesuai gejala, misalnya dialisis untuk gangguan ginjal.
Penanganan ini harus dilakukan oleh tenaga medis profesional, sehingga pertolongan mandiri di rumah sangat tidak disarankan.
Upaya Pencegahan
Tentu saja, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Ada beberapa cara untuk mengurangi risiko paparan merkuri dalam kehidupan sehari-hari:
-
Hindari menggunakan kosmetik ilegal yang tidak memiliki izin BPOM.
-
Batasi konsumsi ikan besar yang berisiko tinggi mengandung metilmerkuri, seperti tuna, hiu, atau makarel raksasa.
-
Gunakan peralatan rumah tangga bebas merkuri.
-
Jika bekerja di industri berisiko tinggi, selalu gunakan alat pelindung diri.
-
Dukung upaya pemerintah dalam mengurangi penggunaan merkuri di sektor pertambangan.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko keracunan bisa ditekan seminimal mungkin.
Tantangan Penanganan Kasus di Masyarakat
Walaupun informasi mengenai bahaya merkuri semakin luas, masih banyak tantangan yang dihadapi, antara lain:
-
Kurangnya kesadaran masyarakat. Banyak orang yang tidak tahu bahwa kosmetik murah bisa mengandung merkuri.
-
Keterbatasan fasilitas kesehatan. Tidak semua daerah memiliki akses pemeriksaan kadar merkuri.
-
Praktik pertambangan tradisional. Banyak masyarakat bergantung pada metode ini meski berbahaya.
Artinya, edukasi publik dan kebijakan pemerintah harus berjalan beriringan untuk benar-benar menekan ancaman merkuri.
Kesimpulan
Keracunan merkuri adalah ancaman nyata yang dapat merusak kesehatan manusia secara serius, baik melalui paparan akut maupun kronis. Bahayanya mencakup kerusakan sistem saraf, gangguan organ vital, bahkan risiko kematian. Namun, dengan penanganan medis yang tepat dan pencegahan sejak dini, risiko tersebut dapat diminimalisir.
Di era modern ini, ketika paparan merkuri bisa datang dari makanan laut, kosmetik, hingga lingkungan kerja, kesadaran masyarakat menjadi kunci utama. Karena pada akhirnya, melindungi diri dari bahaya merkuri berarti juga menjaga masa depan generasi mendatang.
Baca Juga : Kabar Terbaru











